Bab penjelasan tentang iman yang dengannya seseorang masuk surga
بَابُ بَيَانِ الْإِيمَانِ الَّذِي يُدْخَلُ بِهِ الْجَنَّةُ وَأَنَّ مَنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Bab penjelasan tentang iman yang dengannya seseorang masuk surga, dan bahwa barangsiapa berpegang teguh pada apa yang diperintahkan kepadanya, ia masuk surga.12 - (13) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ ، حَدَّثَنَا أَبِي ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ طَلْحَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو أَيُّوبَ:
12 - (13) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami 'Amr bin 'Utsman, telah menceritakan kepada kami Musa bin Thalhah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Ayyub:« أَنَّ أَعْرَابِيًّا عَرَضَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ فِي سَفَرٍ،
"Bahwa seorang Arab Badui menghadang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sedang dalam perjalanan.فَأَخَذَ بِخِطَامِ نَاقَتِهِ، أَوْ بِزِمَامِهَا،
Lalu ia memegang tali kekang unta beliau, atau tali kendalinya.ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَوْ يَا مُحَمَّدُ، أَخْبِرْنِي بِمَا يُقَرِّبُنِي مِنَ الْجَنَّةِ وَمَا يُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ،
Kemudian ia berkata: 'Wahai Rasulullah—atau wahai Muhammad—kabarkanlah kepadaku tentang apa yang dapat mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.'قَالَ: فَكَفَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ نَظَرَ فِي أَصْحَابِهِ،
Perawi berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berhenti, kemudian beliau memandang kepada para sahabatnya.ثُمَّ قَالَ: لَقَدْ وُفِّقَ، أَوْ لَقَدْ هُدِيَ،
Lalu beliau bersabda: 'Sungguh dia telah diberi taufik,' atau 'Sungguh dia telah diberi petunjuk.'قَالَ: كَيْفَ قُلْتَ؟ قَالَ: فَأَعَادَ،
Beliau bertanya (kepada orang itu): 'Apa yang engkau katakan tadi?' Perawi berkata: Orang itu pun mengulangi ucapannya.فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: تَعْبُدُ اللهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا،
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، دَعِ النَّاقَةَ .»
Engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi. (Sekarang) lepaskanlah unta ini'."13 - (13) وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ بِشْرٍ قَالَا: حَدَّثَنَا بَهْزٌ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَوْهَبٍ ،
13 - (13) Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim dan Abdurrahman bin Bisyr, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Utsman bin Abdullah bin Mauhab.وَأَبُوهُ عُثْمَانُ أَنَّهُمَا سَمِعَا مُوسَى بْنَ طَلْحَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِمِثْلِ هَذَا الْحَدِيثِ .
Dan ayahnya ('Utsman), bahwa keduanya mendengar Musa bin Thalhah menceritakan dari Abu Ayyub, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan hadits yang semisal ini.14 - (13) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ ، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ:
14 - (13) Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At-Tamimi, telah mengabarkan kepada kami Abu Al-Ahwash. (Dan diriwayatkan dari jalur lain) Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Al-Ahwash, dari Abu Ishaq, dari Musa bin Thalhah, dari Abu Ayyub, ia berkata:« جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْنِينِي مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ،
"Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berkata: 'Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan akan mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.'قَالَ: تَعْبُدُ اللهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ،
Beliau bersabda: 'Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung hubungan kekerabatanmu.'فَلَمَّا أَدْبَرَ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ أَبِي شَيْبَةَ: إِنْ تَمَسَّكَ بِهِ ».
Ketika orang itu berpaling (pergi), Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Jika ia berpegang teguh pada apa yang diperintahkan kepadanya, ia masuk surga.' Dan dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah (lafaznya): 'Jika ia berpegang teguh dengannya'."15 - (14) وَحَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ ، حَدَّثَنَا عَفَّانُ ، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
15 - (14) Dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakr bin Ishaq, telah menceritakan kepada kami 'Affan, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id, dari Abu Zur'ah, dari Abu Hurairah:« أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ،
"Bahwa seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berkata: 'Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan, aku akan masuk surga.'قَالَ: تَعْبُدُ اللهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ، وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ،
Beliau bersabda: 'Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat wajib, menunaikan zakat fardhu, dan berpuasa Ramadhan.'قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا شَيْئًا أَبَدًا، وَلَا أَنْقُصُ مِنْهُ،
Orang itu berkata: 'Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku tidak akan menambah sedikit pun atas hal ini selamanya, dan tidak pula menguranginya.'فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا ».
Ketika orang itu berpaling, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Barangsiapa yang senang melihat seorang laki-laki dari penduduk surga, maka hendaklah ia melihat orang ini'."16 - (15) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو كُرَيْبٍ ، وَاللَّفْظُ لِأَبِي كُرَيْبٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ، عَنِ الْأَعْمَشِ ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ ، عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ:
16 - (15) Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib—dan lafaz ini milik Abu Kuraib—keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata:« أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النُّعْمَانُ بْنُ قَوْقَلٍ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ،
"An-Nu'man bin Qauqal datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berkata: 'Wahai Rasulullah,أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الْمَكْتُوبَةَ، وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلَالَ، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ؟
Bagaimana pendapatmu jika aku mengerjakan shalat wajib, mengharamkan yang haram, dan menghalalkan yang halal, apakah aku akan masuk surga?'فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: نَعَمْ .»
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Ya'."17 - (15) وَحَدَّثَنِي حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ، وَالْقَاسِمُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ قَالَا: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوسَى ، عَنْ شَيْبَانَ ، عَنِ الْأَعْمَشِ ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، وَأَبِي سُفْيَانَ ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ:
17 - (15) Dan telah menceritakan kepadaku Hajjaj bin Asy-Sya'ir dan Al-Qasim bin Zakariyya, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Musa, dari Syaiban, dari Al-A'masy, dari Abu Shalih dan Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata:قَالَ النُّعْمَانُ بْنُ قَوْقَلٍ: يَا رَسُولَ اللهِ، بِمِثْلِهِ، وَزَادَا فِيهِ: وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا .
An-Nu'man bin Qauqal berkata: "Wahai Rasulullah..." (ia menyebutkan) seperti hadits sebelumnya. Dan kedua perawi itu menambahkan di dalamnya: "...dan aku tidak menambah sedikit pun atas hal itu."18 - (15) وَحَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَعْيَنَ ، حَدَّثَنَا مَعْقِلٌ، وَهُوَ ابْنُ عُبَيْدِ اللهِ ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ ، عَنْ جَابِرٍ
18 - (15) Dan telah menceritakan kepadaku Salamah bin Syabib, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin A'yan, telah menceritakan kepada kami Ma'qil—dia adalah Ibnu 'Ubaidillah—dari Abu Az-Zubair, dari Jabir:« أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ،
"Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: 'Bagaimana pendapatmu jika aku mengerjakan shalat-shalat wajib, berpuasa Ramadhan,وَأَحْلَلْتُ الْحَلَالَ وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ؟
dan aku menghalalkan yang halal serta mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambah sedikit pun atas hal itu, apakah aku akan masuk surga?'قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: وَاللهِ لَا أَزِيدُ عَلَى ذَلِكَ شَيْئًا ».
Beliau menjawab: 'Ya.' Orang itu berkata: 'Demi Allah, aku tidak akan menambah sedikit pun atas hal itu'."بَابُ بَيَانِ الْإِيمَانِ الَّذِي يُدْخَلُ بِهِ الْجَنَّةُ وَأَنَّ مَنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Bab Penjelasan tentang Iman yang Dengannya Seseorang Masuk Surga, dan Bahwa Barangsiapa Berpegang Teguh pada Apa yang Diperintahkan Kepadanya Maka Ia Masuk Surga.فِيهِ حَدِيثُ أَبِي أَيُّوبَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَجَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ
Di dalamnya terdapat hadis Abu Ayyub, Abu Hurairah, dan Jabir *radhiyallahu 'anhum*.أَمَّا حَدِيثَا أَبِي أَيُّوبٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ فَرَوَاهُمَا أَيْضًا الْبُخَارِيُّ وَأَمَّا حَدِيثُ جَابِرٍ فَانْفَرَدَ بِهِ مُسْلِمٌ
Adapun hadis Abu Ayyub dan Abu Hurairah, keduanya juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Sedangkan hadis Jabir, hanya Muslim yang meriwayatkannya secara tersendiri.أَمَّا أَلْفَاظُ الْبَابِ فَأَبُو أَيُّوبَ اسْمُهُ خَالِدُ بْنُ زَيْدٍ الْأَنْصَارِيُّ
Adapun lafaz-lafaz dalam bab ini: Abu Ayyub, namanya adalah Khalid bin Zaid Al-Anshari.وَأَبُو هُرَيْرَةَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَخْرٍ عَلَى الْأَصَحِّ مِنْ نَحْوِ ثَلَاثِينَ قَوْلًا وَقَدْ تَقَدَّمَ بَيَانُهُ بِزِيَادَاتٍ فِي مُقَدِّمَةِ الْكِتَابِ
Dan Abu Hurairah (namanya adalah) Abdurrahman bin Shakhr menurut pendapat yang paling shahih dari sekitar tiga puluh pendapat, dan penjelasannya telah dikemukakan dengan tambahan-tambahan dalam mukadimah kitab.قَوْلُ مُسْلِمٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى (حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ ثنا أَبِي ثنا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ ثنا مُوسَى بْنُ طَلْحَةَ حَدَّثَنِي أَبُو أَيُّوبَ
Perkataan Imam Muslim *rahimahullah ta'ala*: (Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami 'Amr bin 'Utsman, telah menceritakan kepada kami Musa bin Thalhah, telah menceritakan kepadaku Abu Ayyub).وَفِي الطَّرِيقِ الْآخَرِ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ بِشْرٍ قَالَا ثنا بَهْزٌ قَالَ ثنا شُعْبَةُ قَالَ ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَوْهَبٍ وَأَبُوهُ عُثْمَانُ أَنَّهُمَا سَمِعَا مُوسَى بْنَ طَلْحَةَ)
Dan dalam jalur yang lain: (Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim dan Abdurrahman bin Bisyr, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Bahz, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Utsman bin Abdullah bin Mauhab, dan ayahnya 'Utsman, bahwa keduanya mendengar Musa bin Thalhah).هَكَذَا هُوَ فِي جَمِيعِ الْأُصُولِ فِي الطَّرِيقِ الْأَوَّلِ عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ وَفِي الثَّانِي مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ
Demikianlah yang ada di semua sumber asli; dalam jalur pertama tertulis 'Amr bin 'Utsman, dan dalam jalur kedua tertulis Muhammad bin 'Utsman.وَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ الثَّانِيَ وَهْمٌ وَغَلَطٌ مِنْ شُعْبَةَ وَأَنَّ صَوَابَهُ عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ كَمَا فِي الطَّرِيقِ الْأَوَّلِ
Dan mereka (para ulama hadis) sepakat bahwa yang kedua adalah *wahm* (kekeliruan) dan kesalahan dari Syu'bah, dan yang benar adalah 'Amr bin 'Utsman sebagaimana dalam jalur pertama.قَالَ الْكَلَابَاذِيُّ وَجَمَاعَاتٌ لَا يُحْصَوْنَ مِنْ أَهْلِ هَذَا الشَّأْنِ هَذَا وَهْمٌ مِنْ شُعْبَةَ فَإِنَّهُ كَانَ يُسَمِّيهِ مُحَمَّدًا وَإِنَّمَا هُوَ عَمْرٌو
Al-Kalabadzi dan sejumlah besar ahli hadis yang tak terhitung berkata: "Ini adalah kekeliruan dari Syu'bah, karena ia menamainya Muhammad, padahal ia adalah 'Amr."وَكَذَا وَقَعَ عَلَى الْوَهْمِ مِنْ رِوَايَةِ شُعْبَةَ فِي كِتَابِ الزَّكَاةِ مِنَ الْبُخَارِيِّ وَاللهُ أَعْلَمُ
Demikian pula terjadi kekeliruan ini dari riwayat Syu'bah dalam Kitab Zakat dari Shahih Al-Bukhari. *Wallahu a'lam*.وَمَوْهَبٌ بِفَتْحِ الْمِيمِ وَالْهَاءِ وَإِسْكَانِ الْوَاوِ بَيْنَهُمَا
Dan kata *Mauhab* dibaca dengan memfathahkan *Mim* dan *Ha*, serta mensukunkan *Wau* di antara keduanya.قَوْلُهُ (أَنَّ أَعْرَابِيًّا) هُوَ بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ وَهُوَ الْبَدْوِيُّ أَيِ الَّذِي يَسْكُنُ الْبَادِيَةَ وَقَدْ تَقَدَّمَ قَرِيبًا بَيَانُهَا
Perkataannya *(bahwa seorang A'rabi)*, dibaca dengan memfathahkan hamzah. A'rabi adalah orang Badui, yaitu orang yang tinggal di pedalaman (*badiyah*). Dan penjelasannya telah dikemukakan sebelumnya.قَوْلُهُ (فَأَخَذَ بِخِطَامِ نَاقَتِهِ أَوْ بِزِمَامِهَا) هُمَا بِكَسْرِ الْخَاءِ وَالزَّايِ
Perkataannya *(lalu ia memegang khitham (tali kekang) unta beliau atau zimam (tali kendali)nya)*: Keduanya dibaca dengan mengkasrahkan huruf *Kha* dan *Za*.قَالَ الْهَرَوِيُّ فِي الْغَرِيبَيْنِ قَالَ الْأَزْهَرِيُّ الْخِطَامُ هُوَ الَّذِي يُخْطَمُ بِهِ الْبَعِيرُ
Al-Harawi berkata dalam kitab *Al-Gharibain*: Al-Azhari berkata: *Al-Khitham* adalah tali yang digunakan untuk mengikat hidung unta.وَهُوَ أَنْ يُؤْخَذَ حَبْلٌ مِنْ لِيفٍ أَوْ شَعْرٍ أَوْ كَتَّانٍ فَيُجْعَلَ فِي أَحَدِ طَرَفَيْهِ حَلْقَةٌ يُسْلَكُ فِيهَا الطَّرَفُ الْآخَرُ حَتَّى يَصِيرَ كَالْحَلْقَةِ
Yaitu dengan mengambil tali dari sabut, bulu, atau kain linen, lalu dibuatkan lingkaran di salah satu ujungnya agar ujung yang lain dapat dimasukkan sehingga menjadi seperti lingkaran.ثُمَّ يُقَلَّدُ الْبَعِيرُ ثُمَّ يُثْنَى عَلَى مِخْطَمِهِ فَإِذَا ضُفِّرَ مِنَ الْأَدَمِ فَهُوَ جَرِيرٌ
Kemudian dikalungkan pada unta lalu dililitkan pada hidungnya. Jika dianyam dari kulit, maka dinamakan *Jarir*.فَأَمَّا الَّذِي يُجْعَلُ فِي الْأَنْفِ دَقِيقًا فَهُوَ الزِّمَامُ
Adapun tali yang dipasang di hidung (unta) secara tipis, itulah *Az-Zimam*.هَذَا كَلَامُ الْهَرَوِيِّ عَنِ الْأَزْهَرِيِّ
Demikianlah perkataan Al-Harawi dari Al-Azhari.وَقَالَ صَاحِبُ الْمَطَالِعِ الزِّمَامُ لِلْإِبِلِ مَا تُشَدُّ بِهِ رُؤُوسُهَا مِنْ حَبْلٍ وَسَيْرٍ وَنَحْوِهِ لِتُقَادَ بِهِ وَاللهُ أَعْلَمُ
Penulis kitab *Al-Mathali'* berkata: *Az-Zimam* untuk unta adalah tali yang digunakan untuk mengikat kepalanya, berupa tambang, tali kulit, dan sejenisnya agar dapat dituntun dengannya. *Wallahu a'lam*.قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (لَقَدْ وُفِّقَ هَذَا)
Sabda beliau *shallallahu 'alaihi wa sallam*: *(Sungguh orang ini telah diberi taufik)*.قَالَ أَصْحَابُنَا الْمُتَكَلِّمُونَ التَّوْفِيقُ خَلْقُ قُدْرَةِ الطَّاعَةِ وَالْخِذْلَانِ خَلْقُ قُدْرَةِ الْمَعْصِيَةِ
Para sahabat kami dari kalangan ahli kalam (teologi) berkata: *At-Taufiq* (taufik) adalah penciptaan kemampuan untuk taat, sedangkan *Al-Khidzlan* (kehinaan) adalah penciptaan kemampuan untuk bermaksiat.قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (تَعْبُدُ اللهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا)
Sabda beliau *shallallahu 'alaihi wa sallam*: *(Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun)*.قَدْ تَقَدَّمَ بَيَانُ حِكْمَةِ الْجَمْعِ بَيْنَ هَذَيْنِ اللَّفْظَيْنِ
Telah dikemukakan sebelumnya penjelasan tentang hikmah penggabungan kedua lafaz ini.وَتَقَدَّمَ بَيَانُ الْمُرَادِ بِإِقَامَةِ الصَّلَاةِ وَسَبَبُ تَسْمِيَتِهَا مَكْتُوبَةً وَتَسْمِيَةِ الزَّكَاةِ مَفْرُوضَةً
Dan telah dikemukakan penjelasan tentang maksud *iqamah ash-shalah* (mendirikan shalat), alasan penamaannya *maktubah* (yang diwajibkan/ditulis), dan penamaan zakat sebagai *mafrudhah* (yang difardhukan).وَبَيَانُ قَوْلِهِ لَا أَزِيدُ وَلَا أَنْقُصُ
Dan penjelasan tentang perkataannya "Aku tidak akan menambah dan tidak akan mengurangi."وَبَيَانُ اسْمِ أَبِي زُرْعَةَ الرَّاوِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَنَّهُ هَرِمٌ وَقِيلَ عَمْرٌو وَقِيلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَقِيلَ عُبَيْدُ اللهِ
Dan penjelasan tentang nama Abu Zur'ah, perawi dari Abu Hurairah, bahwa namanya adalah Haram, ada yang mengatakan 'Amr, ada yang mengatakan Abdurrahman, dan ada yang mengatakan 'Ubaidullah.قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (وَتَصِلُ الرَّحِمَ) أَيْ تُحْسِنُ إِلَى أَقَارِبِكَ ذَوِي رَحِمِكَ بِمَا تَيَسَّرَ عَلَى حَسَبِ حَالِكَ وَحَالِهِمْ مِنْ إِنْفَاقٍ أَوْ سَلَامٍ أَوْ زِيَارَةٍ أَوْ طَاعَتِهِمْ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ
Sabda beliau *shallallahu 'alaihi wa sallam* *(dan engkau menyambung silaturrahmi)*, artinya: berbuat baik kepada kerabatmu yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu dengan apa yang mudah sesuai kondisimu dan kondisi mereka, berupa nafkah, salam, kunjungan, atau ketaatan kepada mereka, atau selain itu.وَفِي الرِّوَايَةِ الْأُخْرَى وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ وَقَدْ تَقَدَّمَ بَيَانُ جَوَازِ إِضَافَةِ ذِي إِلَى الْمُفْرَدَاتِ فِي آخِرِ الْمُقَدِّمَةِ
Dalam riwayat lain disebutkan: *wa tashilu dza rahimika* (dan engkau menyambung hubungan kekerabatanmu). Dan telah dikemukakan penjelasan tentang bolehnya menyandarkan kata *dzi* kepada kata-kata tunggal di akhir mukadimah.وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (دَعِ النَّاقَةَ) إِنَّمَا قَالَهُ لِأَنَّهُ كَانَ مُمْسِكًا بِخِطَامِهَا أَوْ زِمَامِهَا لِيَتَمَكَّنَ مِنْ سُؤَالِهِ بِلَا مَشَقَّةٍ فَلَمَّا حَصَلَ جَوَابُهُ قَالَ دَعْهَا
Sabda beliau *shallallahu 'alaihi wa sallam* *(Lepaskanlah unta itu)*: Beliau mengatakannya karena orang itu memegang tali kekang atau kendalinya agar dapat bertanya dengan mudah tanpa kesulitan; ketika jawabannya telah diperoleh, beliau bersabda: "Lepaskanlah."قَوْلُهُ (حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ) قَدْ تَقَدَّمَ بَيَانُ اسْمَيْهِمَا فِي مُقَدِّمَةِ الْكِتَابِ
Perkataannya *(Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Ahwash dari Abu Ishaq)*: Telah dikemukakan penjelasan nama keduanya dalam mukadimah kitab.فَأَبُو الْأَحْوَصِ سَلَّامٌ بِالتَّشْدِيدِ بْنُ سُلَيْمٍ وَأَبُو إِسْحَاقَ عَمْرُو بْنُ عَبْدِ اللهِ السَّبِيعِيُّ
Abu Al-Ahwash adalah Sallam—dengan tasydid—bin Sulaim. Sedangkan Abu Ishaq adalah 'Amr bin Abdullah As-Sabi'i.قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ)
Sabda beliau *shallallahu 'alaihi wa sallam* *(Jika ia berpegang teguh pada apa yang diperintahkan kepadanya, ia masuk surga)*.كَذَا هُوَ فِي مُعْظَمِ الْأُصُولِ الْمُحَقَّقَةِ وَكَذَا ضَبَطْنَاهُ أُمِرَ بِضَمِّ الْهَمْزَةِ وَكَسْرِ الْمِيمِ وَبِهِ بِبَاءٍ مُوَحَّدَةٍ مَكْسُورَةٍ مَبْنِيٌّ لِمَا لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ
Demikianlah yang terdapat dalam kebanyakan sumber yang telah diverifikasi, dan demikian pula kami mencatatnya: kata *umira* dengan mendhommahkan hamzah dan mengkasrahkan mim, dan *bihi* dengan huruf *Ba* satu titik yang dikasrahkan, dalam bentuk pasif (*mabni li ma lam yusamma fa'iluhu*).وَضَبَطَهُ الْحَافِظُ أَبُو عَامِرٍ الْعَبْدَرِيُّ أَمَرْتُهُ بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ وَبِالتَّاءِ الْمُثَنَّاةِ مِنْ فَوْقُ الَّتِي هِيَ ضَمِيرُ الْمُتَكَلِّمِ وَكِلَاهُمَا صَحِيحٌ وَاللهُ أَعْلَمُ
Al-Hafizh Abu Amir Al-'Abdari mencatat *amartuhuu* dengan memfathahkan hamzah dan dengan huruf *Ta* dua titik di atas yang merupakan dhamir mutakallim (kata ganti orang pertama). Kedua bacaan tersebut shahih. *Wallahu a'lam*.وَأَمَّا ذِكْرُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِلَةَ الرَّحِمِ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَذِكْرُ الْأَوْعِيَةِ فِي حَدِيثِ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ وَغَيْرِ ذَلِكَ فِي غَيْرِهِمَا
Adapun penyebutan beliau *shallallahu 'alaihi wa sallam* tentang silaturrahmi dalam hadis ini, dan penyebutan tentang bejana-bejana dalam hadis Delegasi Abdul Qais, serta hal-hal lainnya dalam hadis-hadis lain,فَقَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ وَغَيْرُهُ رَحِمَهُمُ اللهُ ذَلِكَ بِحَسْبِ مَا يَخُصُّ السَّائِلَ وَيَعْنِيهِ وَاللهُ أَعْلَمُ
maka Al-Qadhi Iyadh dan yang lainnya *rahimahumullah* berkata: "Hal itu sesuai dengan apa yang khusus berkaitan dengan si penanya dan yang menjadi kebutuhannya." *Wallahu a'lam*.وَأَمَّا قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا)
Adapun sabda beliau *shallallahu 'alaihi wa sallam* *(Barangsiapa yang senang melihat seorang laki-laki dari penduduk surga, maka hendaklah ia melihat orang ini)*:فَالظَّاهِرُ مِنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِمَ أَنَّهُ يُوفِي بِمَا الْتَزَمَ وَأَنَّهُ يَدُومُ عَلَى ذَلِكَ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ
Maka yang tampak jelas darinya adalah bahwa Nabi *shallallahu 'alaihi wa sallam* mengetahui bahwa orang itu akan memenuhi apa yang ia komitmenkan, dan bahwa ia akan terus istiqamah di atasnya, dan akan masuk surga.وَأَمَّا قَوْلُ مُسْلِمٍ فِي حَدِيثِ جَابِرٍ (حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا ثنا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ)
Adapun perkataan Muslim dalam hadis Jabir: (Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al-A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir):فَهَذَا إِسْنَادٌ كُلُّهُمْ كُوفِيُّونَ إِلَّا جَابِرًا وَأَبَا سُفْيَانَ
Maka isnad ini seluruh perawinya adalah orang Kufah, kecuali Jabir dan Abu Sufyan.فَإِنَّ جَابِرًا مَدَنِيٌّ وَأَبَا سُفْيَانَ وَاسِطِيٌّ وَيُقَالُ مَكِّيٌّ
Karena Jabir adalah orang Madinah, dan Abu Sufyan adalah orang Wasith, ada yang mengatakan orang Makkah.وَقَدْ تَقَدَّمَ أَنَّ اسْمَ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ وَإِبْرَاهِيمُ هُوَ أَبُو شَيْبَةَ
Dan telah dikemukakan sebelumnya bahwa nama Abu Bakr bin Abi Syaibah adalah Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim, dan Ibrahim itulah Abu Syaibah.وَأَمَّا أَبُو كُرَيْبٍ فَاسْمُهُ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ بِإِسْكَانِ الْمِيمِ وَبِالدَّالِ الْمُهْمَلَةِ
Adapun Abu Kuraib, namanya adalah Muhammad bin Al-'Ala' Al-Hamdani, dengan mensukunkan *Mim* dan dengan *Dal* tanpa titik.وَأَبُو مُعَاوِيَةَ مُحَمَّدُ بْنُ خَازِمٍ بِالْخَاءِ الْمُعْجَمَةِ
Dan Abu Mu'awiyah adalah Muhammad bin Khazim, dengan *Kha* bertitik.وَالْأَعْمَشُ سُلَيْمَانُ بْنُ مِهْرَانَ أَبُو مُحَمَّدٍ
Dan Al-A'masy adalah Sulaiman bin Mihran Abu Muhammad.وَأَبُو سُفْيَانَ طَلْحَةُ بْنُ نَافِعٍ الْقُرَشِيُّ مَوْلَاهُمْ
Dan Abu Sufyan adalah Thalhah bin Nafi' Al-Qurasyi, bekas budak mereka.وَقَدْ تَقَدَّمَ أَنَّ فِي سِينِ سُفْيَانَ ثَلَاثَ لُغَاتٍ الضَّمُّ وَالْكَسْرُ وَالْفَتْحُ
Dan telah dikemukakan sebelumnya bahwa pada huruf *Sin* dalam kata Sufyan ada tiga dialek: dhommah, kasrah, dan fathah.وَقَوْلُ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ مَعَ أَنَّ الْأَعْمَشَ مُدَلِّسٌ وَالْمُدَلِّسُ إِذَا قَالَ عَنْ لَا يُحْتَجُّ بِهِ إِلَّا أَنْ يَثْبُتَ سَمَاعُهُ مِنْ جِهَةٍ أُخْرَى
Dan perkataan Al-A'masy "dari Abu Sufyan" (*'an*), padahal Al-A'masy adalah seorang *mudallis* (perawi yang melakukan tadlis), dan mudallis apabila menggunakan kata *'an* tidak dapat dijadikan hujjah kecuali jika terbukti mendengar langsung dari jalur lain.وَقَدْ قَدَّمْنَا فِي الْفُصُولِ وَفِي شَرْحِ الْمُقَدِّمَةِ أَنَّ مَا كَانَ فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنِ الْمُدَلِّسِينَ بِعَنْ فَمَحْمُولٌ عَلَى ثُبُوتِ سَمَاعِهِمْ مِنْ جِهَةٍ أُخْرَى وَاللهُ أَعْلَمُ
Dan telah kami kemukakan dalam bab-bab sebelumnya dan dalam penjelasan mukadimah bahwa apa yang ada dalam kedua kitab Shahih dari para mudallis dengan menggunakan *'an*, maka hal itu dianggap bahwa mereka terbukti mendengar langsung dari jalur lain. *Wallahu a'lam*.قَوْلُهُ (أَتَى النُّعْمَانُ بْنُ قَوْقَلٍ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الْمَكْتُوبَةَ وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ وَأَحْلَلْتُ الْحَلَالَ أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ)
Perkataannya *(An-Nu'man bin Qauqal datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mengerjakan shalat wajib, mengharamkan yang haram, dan menghalalkan yang halal, apakah aku akan masuk surga?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ya")*.أَمَّا قَوْقَلٌ فَبِقَافَيْنِ مَفْتُوحَتَيْنِ بَيْنَهُمَا وَاوٌ سَاكِنَةٌ وَآخِرُهُ لَامٌ
Adapun kata *Qauqal*, dibaca dengan dua *Qaf* yang difathahkan dan di antara keduanya terdapat *Wau* yang disukunkan, dan di akhirnya huruf *Lam*.وَأَمَّا قَوْلُهُ وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ فَقَالَ الشَّيْخُ أَبُو عَمْرِو بْنُ الصَّلَاحِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى الظَّاهِرُ أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ أَمْرَيْنِ
Adapun perkataannya *wa harramtu al-haram* (dan aku mengharamkan yang haram), Syaikh Abu 'Amr bin Ash-Shalah *rahimahullah ta'ala* berkata: "Yang tampak jelas adalah bahwa ia bermaksud dua hal:أَنْ يَعْتَقِدَهُ حَرَامًا وَأَنْ لَا يَفْعَلَهُ بِخِلَافِ تَحْلِيلِ الْحَلَالِ فَإِنَّهُ يَكْفِي فِيهِ مُجَرَّدُ اعْتِقَادِهِ حَلَالًا
Yaitu: meyakininya sebagai haram dan tidak melakukannya. Berbeda dengan menghalalkan yang halal, karena dalam hal itu cukup dengan sekadar meyakininya sebagai halal."قَوْلُهُ (عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ) تَقَدَّمَ فِي أَوَائِلِ مُقَدِّمَةِ الْكِتَابِ أَنَّ اسْمَ أَبِي صَالِحٍ ذَكْوَانُ
Perkataannya *(dari Al-A'masy dari Abu Shalih)*: Telah dikemukakan di awal mukadimah kitab bahwa nama Abu Shalih adalah Dzakwan.قَوْلُهُ (الْحَسَنُ بْنُ أَعْيَنَ ثنا مَعْقِلٌ وَهُوَ ابْنُ عُبَيْدِ اللهِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ)
Perkataannya *(Al-Hasan bin A'yan telah menceritakan kepada kami Ma'qil, dia adalah Ibnu 'Ubaidillah, dari Abu Az-Zubair)*:أَمَّا أَعْيَنُ فَهُوَ بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ وَبِالْعَيْنِ الْمُهْمَلَةِ وَآخِرُهُ نُونٌ
Adapun kata *A'yan*, dibaca dengan memfathahkan hamzah dan dengan huruf *'Ain* tanpa titik, dan di akhirnya huruf *Nun*.وَهُوَ الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَعْيَنَ الْقُرَشِيُّ مَوْلَاهُمْ أَبُو عَلِيٍّ الْحَرَّانِيُّ
Ia adalah Al-Hasan bin Muhammad bin A'yan Al-Qurasyi, bekas budak mereka, Abu 'Ali Al-Harrani.وَالْأَعْيَنُ مَنْ فِي عَيْنَيْهِ سَعَةٌ
*Al-A'yan* adalah orang yang kedua matanya lebar.وَأَمَّا مَعْقِلٌ فَبِفَتْحِ الْمِيمِ وَإِسْكَانِ الْعَيْنِ الْمُهْمَلَةِ وَكَسْرِ الْقَافِ
Adapun kata *Ma'qil*, dibaca dengan memfathahkan *Mim*, mensukunkan *'Ain* tanpa titik, dan mengkasrahkan *Qaf*.وَأَمَّا أَبُو الزُّبَيْرِ فَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمِ بْنِ تَدْرُسَ بِمُثَنَّاةٍ فَوْقُ مَفْتُوحَةٍ ثُمَّ دَالٍ مُهْمَلَةٍ سَاكِنَةٍ ثُمَّ رَاءٍ مَضْمُومَةٍ ثُمَّ سِينٍ مُهْمَلَةٍ
Adapun Abu Az-Zubair, ia adalah Muhammad bin Muslim bin Tadrus, dengan *Ta* dua titik di atas yang difathahkan, kemudian *Dal* tanpa titik yang disukunkan, kemudian *Ra* yang didhommahkan, kemudian *Sin* tanpa titik.وَقَوْلُهُ وَهُوَ ابْنُ عُبَيْدِ اللهِ قَدْ تَقَدَّمَ مَرَّاتٍ بَيَانُ فَائِدَتِهِ
Dan perkataannya "dia adalah Ibnu 'Ubaidillah", telah dikemukakan berulang kali penjelasan tentang faedahnya.وَهُوَ أَنَّهُ لَمْ يَقَعْ فِي الرِّوَايَةِ لَفْظَةُ ابْنُ عُبَيْدِ اللهِ فَأَرَادَ إِيضَاحَهُ بِحَيْثُ لَا يَزِيدُ فِي الرِّوَايَةِ
Yaitu bahwa lafaz "Ibnu 'Ubaidillah" tidak terdapat dalam riwayat, maka ia (Imam Muslim) bermaksud menjelaskannya tanpa menambahkan ke dalam riwayat.
Komentar
Posting Komentar